Menurut pandangan ekonomi, sumberdaya ditakrifkan dengan konsep keterbatasan(scarcity). Sesuatu yang tidak terbatas bukan sumberdaya. Sumberdaya bermatra ganda, yaitu kuantitas, kualitas, waktu dan ruang (Randall, 1987).
Menurut bahan penyusunnya, sumberdaya alam terpilahkan menjadi sumberdaya mineral (air, tanah, udara, cebakan bahan tambang, cebakan energi) dan sumberdaya hayati(masyarakat hewan dan tumbuhan). Menurut perilakunya pada penggunaan lumrah, ada sumberdaya yang bersifat terbarukan (air, tanah, udara, masyarakat hewan dan tumbuhan) dan ada yang bersifat takterbarukan (cebakan bahan tambang dan energi nuklir). Akan tetapi pada penggunaan lewat batas, sumberdaya terbarukan dapat berperilaku takterbarukan dalam hitungan waktu generasi manusia, karena laju penggunaan melampaui laju pemugaran diri sumberdaya alam berangkutan.
The World Conservation Strategy tahun 1980 telah menakrifkan konsep |
pembangunan berkelanjutan sebagai "pembangunan yang memenuhi kebutuhan kini tanpa menutup kemungkinan generasi mendatang memenuhi kebutuhan mereka" (SCOPE, 1990). Konsep ini dapat dijabarkan dengan diberi konotasi ekonomi menjadi "suatu pola pertumbuhan ekonomi yang memenuhi kebutuhan kebendaan kini tanpa memberikan dampak negatif kepada sumberdaya fisik yang ada, yang acapkali berjumlah dan berkemampuan terbatas, sehingga tidak membahayakan kepasitas dan potensi pembangunan masadepan untuk memuaskan aspirasi kebendaan dan kelingkungan generasi medatang" (Shindo, 1990). |
Konsep Konservasi |
|
Sehubungan dengan sumberdaya terbarukan, konservasi berarti menjagasumberdaya menurut asas yang akan menjamin secara abadi manfaat ekonomi, sosial dan psikologi setinggi-tingginya bagi masyarakat (disadur dari Donahue dkk., 1977). Jadi, konservasi berkaitan dengan fungsi.
Hal ini berbeda secara mendasar dengan preservasi yang bertujuan mempertahankan bentuk. Apa yang perlu dikonservasi dan bagaimana menjalankannya bergantung pada fungsi yang diharapkan dilangsungkan oleh sumberdaya bersangkutan. Sumberdaya lahan untuk pertanian memerlukan tindakan konservasi yang berbeda dengan misalnya lahan untuk perumahan. Perbedaan kebutuhan akan konservasi dapat menyebabkan terbuatnya rencana-rencana yang saling tidak serasi, bahkan penerapan yang saling berlawanan. |
|
|
Untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan dan untuk menjamin pengamanan sumberdaya secara efektif dari pengurasan dan pemburukan, konservasi harus menjadi bagian dari suatu hampiran bernalar terhadap penggunaan sumberdaya (Hudson & Notohadiprawiro, 1983).
|
|
Konservasi merupakan suatu tindakan yang terencana dan terkoordinasi. Konsep konservasi dan keterlanjutan mengandung petunjuk bahwa pengelolaan ruang dan waktu mendasari segala kehendak atau kegiatan. Perbedaan kesudahan dari penerapan sistem atau teknik konservasi yang berbeda dapat dikatakan karena perbedaan kecocokan sistem atau teknik untuk mengelola ruang dan waktu secara benar. Budjang dkk. (1990) telah mengajukan suatu postulat, berdasarkan pengamatan etnologi mereka di Jambi, bahwa konservasi dan pembangunan berkelanjutan ditentukan oleh kecenderungan perubahan teknologi tradisional ke teknologi modern. Di dalam konteks pengelolaan ruang dan waktu, konotasi "tradisional" dan"modern" hendaknya diperbandingkan menurut cara mengenali ruang dan waktu.
Pengelolaan Lingkungan
|
Tekanan atas sumberdaya alam untuk memperoleh bahan-bahan kebutuhan manusia, khususnya atas lahan untuk produksi bahan pangan dan sandang, sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk yang meningkat dan harapan ekonomi yang melambung, membebani berat lingkungan aseli. Keprihatinan kembar mengenai pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan rupa-rupanya tidak terkawinkan dan tidak tertangani. Akan tetapi persoalan ini dapat diselesaikan apabila pengelolaan wilayah mengikuti suatu hampiran menyatu melalui perencanaan bersama oleh semua sektor yang berkepentingan, seperti pertanian, kehutanan, industri dan kependudukan, berdasarkan asas ekosistem.
Cekaman regional di wilayah-wilayah pembangunan yang melaju cepat dapat dikurangi dengan pengelolaan yang menggunakan hampiran regional dan
menerapkan | kebijakan regional pada penggunaan lingkungan (Anom., 1990a). |
|
Daftar Pustaka
|
Alonzo, W. -. Location and land use. East-West Center Editions. Honolulu. 204 h. |
Anon. 1987. Milieu-effectrapportage. 23 Effectvoorspelling. V Planten, dieren en ecosystemen. |
Ministerie van Volkshuisvesting, Ruimtelijke Ordening en Milieubeheer & Ministerie van |
Landbouw en Visserij. 's-Gravenhage. Vi + 213 h. |
Anon. 1990a. Recent approaches and methods for sustainable use of land in Latin America. |
SCOPE Nwesletter (34): 1-2. |
Anon. 1990b. Scientific information for sustainable development. SCOPE Newsletter (33):4-5. |
Budjang, I., A. Rasyid, & B. Rachman. 1990. Peralatan produksi tradisional dan perkembangannya |
di daerah Jambi. Dep. P & K. Jakarta. x + 144 h. |
Donahue, R.L. , R.W. Miller, & J.C. Shickluna. 1977. Soils. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs. |
Xiv + 626 h. |
Hudson, N., & T. Notohadiprawiro. 1983. Soil and water conservation. Dalam: Watershed |
Assessment Team, Composite Report. GOI-USAID. Vol. II, Technical Appendix III. 54 h. |
Menard, H.W. 1974. Geology, resources, and society. W.H. Freeman and Company. San Fransisco. |
Xi + 621 h. |
Randall, A. 1987. Resource economics. John Wiley & Son. New York. xiii + 434 h. |
SCOPE. 1990. SCOPE scientific programme 1990-1991. SCOPE Newsletter (33):1-3. |
Shindo, S. 1990. Environment and development. Editorial Palawija Nwes 7(3):3. |
Sopher, C.D., & J.V. Baird. 1978. Soil and soil management. Reston Publ. Co., Inc. Reston. Xvi + |
238 h. |
Taylor, D.C. 1980. Institutional constraints and farm management research. Dalam: B.T. Tan, K. |
Adulavidhaya, I.J. Singh, J.C. Flin, & S.E. Ong (eds.)., Improving Farm Management |
Teaching in Asia. ADC, Inc. Bangkok. H 7-13. |
Undang-Undang R.I. Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan |
Lingkungan Hidup. |
|
|
|
|
|